Saturday 14 January 2017

GEMA NADA DAN MUZIK MALAYSIA

Masih bersama Generasi #90an nih, yang dikatanya orang-orang sebagai golden era atau era keemasan sebagai peradaban manusia bumi. Dan kali ini kembali dengan tema yang sikit berbeda setelah sekian lamanya tidak menulis. Kali ini dengan pengalaman yang berbeda, tulisan akan bertemakan "Gema Nada dan Muzik Malaysia" beserta kisah uniknya.

Oh iya, di era 90an kita pernah "dijajah" Malaysia dengan berondongan album dan lagu-lagunya lho. Dijajah ini bukan dalam rangka secara fisik, namun secara budaya, yaitu Nada dan Muzik. Lebih tepatnya sih pertukaran budaya. Tidak sedikit lho artis dari negeri Jiran berkelana di Indonesia. Justru mereka sangat bangga dengan negara Indonesia. Dan sebaliknya pula, artis Indonesia juga menghiasi dunia hiburan di Malaysia kok. Tak hayal, ini karena adanya program dari pemerintah berupa "Visit Indonesian Year 90s" (dalam hal ini dasawarsa 90an digenjot sektor pariwisata). Sikap terbuka dalam berkarya ini sangat diapresiasi generasi 90an sebagai hiburan yang sangat menarik.

Apa sih yang terngiang pertama kali ketika mengingat lagu Malaysia 90an ?? Pasti beberapa jawabannya adalah Siti Nurhaliza, Iklim, Spoon, Exists, Search, Slam, Stings dan juga Wings. Tentunya masih banyak lagi yang belum disebutkan. Acap kali juga kenangan musik Malaysia diplesetkan untuk sebuah alasan untuk orangtua ketika sedang sakit, contoh saja pada reff Slam - Gerimis Mengundang:

"Bukan sekejap denganmu...
Bukan mainan hasratku..."

menjadi:

"Bukan sekedar sakit flu...
Bukan sekedar salahku..."

atau juga reff dari Search - Isabella yang populer diplesetkan:

"Dia Isabella, Lambang cinta yang lara..."

menjadi:

"Dia Isabella, Naik onta ke Afrika..."

Pict: @Akuamysearch
ada lagi nih musik dari Iklim - Suci Dalam Debu, yang saat itu booming sinetron Sengsara Membawa Nikmat:

"Suatu hari nanti...
Pastikan bercahaya...
Pintu akan terbuka...
Kita langkah bersama..."

menjadi:

"Suatu hari nanti...
Datuk Maringgih mati...
Ditembak Syamsul Bahri...
Dengan senjata api..."

Sangat kocak era #90an penuh dengan plesetan musik untuk hiburan komedi sematan. Kebanyakan yang beredar di Indonesia saat itu bergenre Pop maupun Rock. Kegemilangan musik Pop dan Rock Malaysia di Indonesia memiliki kisah panjang dan ternyata tidak mudah. Namun di tulisan ini ogut tidak akan mengulas sisi rivalitas karya musik dari segi politik kenegaraan.

KUGIRAN MELAYU
Di Malaysia dikenal istilah Kugiran: "Kumpulan Gitar Rancak". Istilah tersebut lebih merajuk ke istilah full band pada masa ini. Kugiran diklasifikasikan dalam rancangan band yang berisikan 5-6 personil yang berperan berbeda, antara lain: penyanyi, pemain keyboard, gitar utama, gitar pengiring, gitar bass dan pemain drum. Biasanya kugiran ini berirama lebih cepat, tegas dan berirama rancak walaupun bertemakan lagu sedih sekalipun. Berbeda dengan lagu pop yang beredar saat itu.

Kugiran berawal sekitar tahun 60an saat era pop yeh-yeh atau di Indonesia biasa dikenal dengan Lagu Cengeng. Dan berbeda lagi rancak ala lagu cinta era 80an dan 90an. Kugiran dipopulerkan pertama kali oleh Radio Singapura yang mengudara hingga Malaysia dalam tajuk acara mingguan "Carta Teratas: Lagu Pujaan Minggu Ini", dengan host kenamaan Mohd Ismail Abdullah. Sedikit kisah uniknya: Daud Abdul Rahman adalah penggagas dan pencipta kata "Ku-Gi-Ran" untuk acara tersebut. Dan orang pertama yang menggunakan istilah Kugiran adalah P. Ramlee untuk membedakan beberapa sesi acara Melayu di radio tersebut.

Dengan inovasi tersebut memberi peningkatan untuk industri musik Melayu serumpun yang antara lain Indonesia - Singapura - Malaysia. Perkembangan kugiran juga memberikan dampak positif dengan kehadiran banyaknya industri rekaman yang menghasilkan banyak piringan hitam untuk tujuan komersil. Secara tidak langsung tercipta perkembangan budaya musik Melayu dan kerjasama baik antar negara.

KUGIRAN MUZIK MALAYSIA
Rumpun musik melayu tidak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah genrenya dan makna bahasa saja. Penerimaan di telinga masyarakat pun bisa diterima dengan baik. Oleh karena itu sistem go internasional optimal dilakukan di negeri besar, rumpun Melayu. Dari situlah persaingan musik dimulai. 

Sebenarnya tak mudah cara kugiran asal Malaysia berkecipung di Indonesia. Kemudian muncullah regulasi industri musik di Indonesia agar persaingan tidak terlalu signifikan. Regulasinya adalah berupa pembatasan segi bahasa. Setiap lagu maupun album yang beredar di Indonesia Bahasa diwajibkan dominan berbahasa Indonesia (bukan melayu). Maka dari itu, saat itu era tahun 80-90an untuk menghemat biaya, sebagian besar kugiran Malaysia rekaman kembali di Indonesia. Selain biaya, teknologi dan informasi juga lebih canggih di Indonesia saat itu. Oleh sebab itu Indonesia menjadi pasar sekaligus produksi terbesar dibandingkan negara Melayu yang lain. 
Pict: @Akuamysearch
Strategi yang lain agar musik bisa diedarkan di Indonesia adalah dengan cara berkolaborasi dengan artis lokal Indonesia. Dengan cara kolaborasi, sekaligus promosi dan pengorbitan bibit baru. Contoh saja, agar musisi Malaysia bisa bersaing di Indonesia, maka Amy Search berkolaborasi dengan Inka Christie dengan judul Cinta Kita dengan murni berbahasa Indonesia. Padahal lagu Cinta Kita tersebut diaransemen ulang dengan musik sebelumnya dengan judul: Fantasia Bulan Madu (kugiran Search, album: Mentari Merah di Ufuk Timur - 1987). Dan tidak sedikit pula kugiran yang lain mengaransemen ulang dengan bahasa Indonesia, agar bisa diedarkan di Indonesia.

TOKOH KOMPOSER 
M Nasir
Menurut ogut, ada satu tokoh yang sangat berpengaruh di dalam penggarapan musik-musik Malaysia. Tokoh tersebut merupakan penyanyi, pencipta lirik dan nada, dialah Datuk Mohamad Nasir bin Mohamad (lahir di Singapura 4 Juli 1957) yang juga merupakan pemilik perusahaan rekaman bernama Luncai Emas.. Selain sebagai komposer, dia juga pernah membintangi beberapa film. Karya M Nasir telah dibuktikan dengan banyaknya penghargaan dan juga bertanggungjawab dibalik kegemilangan artis-artis Malaysia seperti Rahim Maarof, Alleycats, Search, Wings, Ella, Ziana Zain, Hattan, Spider, Mawi dan Misha Omar.

Kugiran Malaysia favorit yang masih gemilang hingga sekarang adalah Search dan Wings. Sudah 30 tahun lebih dengan formasi lama tetap bertahan dan beberapa waktu yang lalu masih melakukan konser bertajuk dekade. Lagu-lagu yang mereka lantunkan berisikan musik cinta, dan beberapa musik mengkritisi kehidupan sosial yang masih relevan di era sekarang ini. Yang ada di pikiran ogut hanya: Amazing !!!

GEMA NADA DAN MUZIK MALAYSIA
Ya, para pelantun muzik Malaysia #90an hingga kini terkadang masih menghiasi layar kaca di Indonesia. Bukan hanya sekedar hiburan, namun juga untuk nostalgia. Rivalitas antar negara kadang diperlukan, untuk tolok ukur prestasi. Namun rivalitas jangan dipandang sebagai pikiran negatif bahkan skeptis. Mereka datang sebagai tamu yang baik, kita sebagai tuan rumah jadilah tuan rumah yang baik pula. Karena pertukaran budaya seperti ini merupakan ilmu yang tak terkira harganya.




Dan ketika mendapat kesempatan, telah diingatkan oleh kugiran Search: 
"Hidup cara sederhana..  
Jangan tamak haloba.. 
Hidup cara sederhana.. 
Ikut wawasan kita.."